September 2022 Ekspor Ikan Tuna , Biak ke Jepang meningkat

 


Ekspor ikan tuna segar dari Biak, Papua, ke negara tujuan Jepang terus meningkat dari sebelumnya 2,5 ton menjadi 5,3 ton pada pekan pertama September 2022.


Informasi kegiatan ekspor ikan tuna segar dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Biak yang diterima, Senin, menyebutkan pengiriman ekspor ikan tuna segar Biak sudah tiga kali kirim dengan menggunakan penerbangan Garuda Indonesia.


Pada ekspor pertama ikan tuna Biak 1,5 ton, ekspor kedua 2,5 ton, dan ekspor ketiga mencapai 5.371 kg atau 5,3 7 ton.

“Diupayakan pengiriman ekspor ikan tuna segar Biak ke Jepang terus mengalami peningkatan dan berkesinambungan,” ujar Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Biak Efendi Igirisa

Kuli juga ingin melihat lebih banyak penyuluh yang ditempatkan di pemerintah tingkat kabupaten dan daerah untuk mengembalikan kepercayaan dan antusiasme yang pernah dimiliki petani di industri ini.

“Kita harus menempatkan lebih banyak petugas penyuluh di lapangan untuk [mendorong] apa yang kita lakukan,” katanya.

Dia mengatakan Perdana Menteri James Marape memberinya portofolio “tanpa struktur”.

Chief Operations Officer CICL, Steven Tumae, memberi pengarahan kepada Kuli tentang program dan aspirasi yang dimiliki industri dalam mencapai target pemerintah sebesar tiga juta kantong kopi pada tahun 2030.

“Selama masa Paias Wingti, kami memiliki sekitar 500 petugas penyuluh yang dikerahkan di distrik-distrik tersebut. Saat ini, hanya ada 38 petugas penyuluh kopi yang melayani 17 provinsi penghasil kopi tersebut,” katanya.

Paias Wingti adalah Perdana Menteri Papua Nugini periode 1985-1988 dan 1992-1994. Selama kepemimpinannya lebih fokus pada perkebunan kopi, hingga tak heran jika petani kopi di sana menyebutkan bahwa kopi adalah green gold atau emas hijau karena banyak menghasilkan keuntungan waktu itu.

Apalagi Wingti pernah menjadi Gubernur Provinsi Dataran Tinggi Barat dari 1995-1997 yang terkenal dengan perkebunan kopi. Pertanian kopi terbesar berada di Goroka dan dengan jalan produksi pertanian kopi diangkut ke Kota Lae, pabrik kopi terbesar milik Nescafe.

Produksi kopi di Papua Nugini adalah ekspor terbesar kedua di negara itu, setelah kelapa sawit, dan pertanian sekitar 2,5 juta orang (masih butuh rujukan) Ini mencakup sekitar satu persen dari produksi dunia, menurut Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD).

Kopi adalah penghasil devisa tertinggi untuk Papua Nugini, yang sebagian besar ditanam di Provinsi Dataran Tinggi Timur, Provinsi Dataran Tinggi Barat, dan Simbu. Dengan industri yang tidak berasal dari sistem berbasis perkebunan kolonial, produksi sebagian besar dilakukan oleh petani kecil dengan kepemilikan lahan yang tumbuh hanya 20 pohon per plot di “kebun kopi” di samping tanaman subsisten. Terutama di tempat-tempat terpencil, produk ini sebagian besar disertifikasi sebagai “kopi organik”

Comments

Popular posts from this blog

Kisah Warga Warbon Papuan dan Mata Air Yang Tidak Pernak Kering

Kisah Inspiratif, 3 Lelai Asal Papua Yang Menggeluti Profesi Sol Sepatu

Masyarakat Papua Antusias Berkumpul Untuk Mendengarkan Pidato Wapres Secara Virtual